Ini
kisah dari seorang yang ku dengar:
Aku
bangga terlahir dari rahim seorang wanita yang begitu cantik. Bukan karena aku
sombong, tapi memang banyak pria yang berkata aku cantik. Wajahku mirip dengan
ibuku, meski ia cantik, aku tak memiliki ayah yang tampan. Tapi aku tak pernah
menyesali semua itu. Aku mencintai keduanya. Masa kecilku sangatlah indah dan
menyenangkan. Kedua orang tuaku memanjakanku, menuruti semua keinginanku. Kami
hidup berkecukupan saat itu. Ketika aku mulai remaja aku memiliki adik baru,
bayi mungil ini berjenis kelamin perempuan. Adikku tak kalah cantik denganku.
Sayangnya nasib adikku tak seberuntung masa kecilku. Kedua ayah dan ibu ku
selalu sibuk, hampir tak pernah ada waktu untuk kami. Ibu selalu bilang, ibu
juga bekerja untuk menambah pundi keuangan keluarga ini, agar kelak aku dan
adikku mampu bersekolah setinggi-tingginya. Tidak seperti ayah dan ibu,
ujarnya. Apa yang ibu katakan memang benar, perekonomian keluarga kami
meninggi. Kini kami punya rumah mewah, mobil mewah, supir pribadi dan berbagai
barang mewah yang dari bulan ke bulan dapat bertambah.
Suatu
hari aku pernah meminta kepada ibu, agar mengurangi waktu kerjanya untuk kami,
dua putri tercintanya. Aku juga meminta ayah untuk seringlah pulang. Ibu kini
sudah tak sesibuk dulu, berbeda dengan ayah, yang hampir tak pernah pulang.
Setiap aku dan adikku bertanya, ibu hanya menjawab ayah bekerja untuk
membahagiakan kami. Selama ini aku tidak pernah tau tentang permasalahan yang
timbul dikeluargaku. Karena aku terlalu dimanjakan dan dianggap masih dini
untuk mengerti. Padahal aku sudah akhil baligh, aku sudah duduk di bangku SMA.
Baru-baru ini aku mendapat banyak isu tak sedap mengenai keluargaku. Ayahku
adalah seorang pejabat daerah, yang kini merintis karir untuk mendapat jabatan
yang lebih. Isu buruk tentang ayahku selalu kudengar, seperti ayahku koruptor,
ayahku menjadi pejabat karena suap dan bermacam-macam pertanyaan lain.
Berkali-kali aku bertanya pada ibu, ibu selalu menepis semua anggapan miring
itu. Tapi ada satu isu yang tak bisa ia tepis, bahwa ayahku telah beristri lagi
dan kini istri nya tengah hamil tua, sehingga sudah beberapa bulan ayah tak
pulang. Aku terheraan dengan ibu, mengapa bisa ibu membolehkan ayah menikah
lagi. Dengan panjang lebar ibu menceritakan berbagai alasan. Mata ibu
berkaca-kaca, ibu berusaha meyakinkanku, bahwa keluarga ini akan tetap utuh.
Aku
merasa begitu risih dan malu dengan pembicaraan orang-orang tentang keluargaku.
Bahkan mereka berfikir ayahku lebih buruk dari itu. Dan kenyataannya, ayahku
kini beristri tiga. Istri-istri ayah memiliki masing-masing satu anak perempuan.
Ternyata bukan hanya itu, ayahku mendapat bagian haram dari suatu proyek meski
hanya sedikit. Ayahku bukan seorang sarjana, ayah hanya lulusan SMA biasa.
Mulut-mulut orang disekitarku semakin pedas, membuatku menutup diri dari
pergaulan. Aku tak punya teman sejati meski aku punya harta melimpah. Aku
sungguh malu memiliki ayah seperti dia. Seorang laki-laki yang seharusnya mampu
aku banggakan dimanapun aku berada ternyata membuatku harus kehilangan
kemuliaan hidup. aku sungguh malu memiliki ayah yang beristri tiga, bahkan
merencanakan menikah kembali, dan entah kapan berhenti. Bagiku ini aib paling
kotor dirumah ini. Ibu mengatakan, hanya ada pilihan membiarkan ayah menikah
lagi atau keluarga ini hancur. Dan inilah pilihan ibu, demi aku dan adik, meski
pilihan ini tak baik. Hidup adalah pilihan.
Ayah,
aku adalah satu dari anak-anakmu lain, yang mungkin juga menyimpan sejuta malu.
Harta dan kemewahan ini takkan mampu menutup aib keluarga ini. Aku ingin
kehidupan yang normal seperti yang lain. Ayah, karenamu kini, aku takut
mencintai laki-laki, karena aku tak sekuat ibu, dan aku tak sebodoh
istri-istrimu. Ayah, aku tak tau harus berkata apa lagi, selain kalimat, “ayah,
aku malu!!”
#kisah
anak pertama dari istri pertama seorang pejabat.
0 komentar:
Posting Komentar