Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Minggu, 13 Mei 2018

Dolan Dlingo : Lintang Sewu


Nampaknya Dlingo kini menjadi tujuan wisata primadona untuk menghabiskan waktu liburan, terlihat dari banyaknya wisata - wisata jogja yang namanya lekas terangkat ke permukaan. Salah satu wisata yang kini sedang nge-hits di telinga traveller yakni bukit lintang sewu, bukit lintang sewu cocok untuk kalian para pemburu sunset yang eksotis dan pencari spot foto yang unik. Bukan Cuma itu, kalian yang Cuma mau ngadem Karena suasana kota yang panas dan berpolusi, disini kalian di manjakan dengan keindahan pepohonan yang hijau dan rimbun yang bikin mata adem dan nikmati kesejukan udara di perbukitan wuiih di jamin kamu bakal betah lama - lama di bukit lintang sewu.
Bukit lintang sewu sekarang sudah memiliki fasilitas yang memadai dan spot foto yang terus di perbarui jadi kalian jangan meremehkan keramaian pengunjungnya, sebab pengunjung yang datang bisa di bilang cukup ramai apalagi pas waktu liburan datang bakal ramai banget.
Lokasi bukit lintang sewu berada di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi bukit lintang sewu dekat dengan wisata Bukit Panguk Kediwung yang juga menawarkan wisata alam yang tidak kalah kece nya. Pesona bukit lintang sewu tidak hanya bisa kamu nikmati di waktu sore saja, di sini kalian juga bisa menikmati di malam hari, sesuai dengan nama yang di sandangnya "Lintang Sewu" yang artinya Seribu Bintang. 
Biaya parkir di wisata bukit lintang sewu lumayan terjangkau yakni Rp. 2.000 dan biaya parkir sebesar Rp. 2.000 (motor) Rp. 3.000 (mobil) dan tiket masuk Rp.5.000 per orang. Fasilitasnya sudah komplit yakni, Toilet, Mushola, Area Parkir yang luas, Gazebbo, Warung Makan. Area Camping, dan Objek Foto Kece yang gratis dan berbayar untuk biaya perawatan.
Selamat berlibur kawan-kawan jangan lupa jaga kebersihan dan kenyamanan bersama.



Dolan Nang Dlingo : Jurang Tembelan Kanigoro


Sore ini, aku mau cerita tentang jalan-jalan ke Dlingo, buat kalian yang udah pernah ke Kebun Buah Mangunan, iya itu tuh pioneer nya wisata di Dlingo, kalian bisa langsung melipir manis ke wisata ini. Apakah itu? Jurang Tembelan Kanigoro.
Lokasi Jurang Tembelan berada di Dukuh Kanigoro, Mangunan, Bantul, Yogyakarta. Jaraknya dari pusat kota Yogyakarta sekitar 22 kilometer dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat sektiar 1,5 jam. Itulah kenapa ada kata Kanigoro pada wisata ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi Jurang Tembelan Kanigoro adalah pada pagi hari sebelum matahari terbit. Tapi buat yang datang siang hari hingga sore hari masih bisa menikmati sejuknya alam dan spot selfie yang ciamik dan gratis.
Jurang Tembelan Kanigoro merupakan salah satu tempat wisata baru di Yogyakarta. Wisatawan biasanya datang untuk selfie dan memotret sunrise. Letaknya dekat dengan Kebun Buah Mangunan dan Bukit Panguk. Jadi buat yang merasa Kebun Buah Mangunan sudah terlalu padat manusia, kalian bisa pindah kesini nonton sunrise nya.
Jurang Tembelan Kanigoro sudah memiliki warung kopi, warung makan, gardu pandang dan fasilitas lain, jadi cukup nyaman buat kalian mampir kalo lagi ke Dlingo. Tiket masuknya masih gratis tapi kalian tetap harus membayar ongkos parkir untuk kendaraan kamu. Seingat aku hanya Rp.3000 (tiga ribu rupiah) untuk kendaraan motor roda dua. Mau ke lokasi? Langsung buka Google Maps kamu, masukan kata “Jurang Tembelan Kanigoro” dan peta akan membawamu sampai ke lokasi.
          Kelebihan :
-       Jarak parkir dan wisata tidak jauh
-       Spot foto gratis
-       Ada gardu pandang
-       Spot foto diperbarui
-       Parkir dan tiket murah
-       Makanan di warung relatif normal
-       Kebersihan cukup baik
Kekurangan :
-       Tidak cocok untuk penikmat sunset
-       Lokasi sempit dibanding wisata lain
-       Musim hujan jalanan kotor/ tanah menempel di alas kaki
-       Menurut saya Cuma cocok untuk mampir alias tidak berlama-lama karena waktu masih cukup untuk wisata kesebelah 













Kesepian itu penyakit mematikan


Kesepian adalah hal utama yang membunuh seseorang dalam panjangnya kehidupan yang ia alami. Lebih dari penyakit atau rasa sakit akibat suatu penyakit, kesepian itu seperti penyakit, penyakit paling berat yang mampu membunuh perlahan. Kemiskinan tidak lebih buruk dari kesepian itu sendiri. Selama masih bisa makan, maka kemiskinan bukanlah alasan untuk mati. Dan percayakah, Tuhan tidak pernah menciptakan manusia tanpa makan atau kemampuan untuk mencari makan. Maka dari itu, kemiskinan bukanlah hal utama yang membunuh seseorang. Kesepian, membuat seseorang berada dalam angannya sendiri, tidak ada kawan bercerita atau tempat meminta pendapat.
Maka bagi pasangan yang terus bertahan di tengah badai. Membangun biduk rumah tangganya, melahirkan anak-anak yang manis, merawat dan membesarkannya, hingga melepaskan mereka hidup mandiri dan terpisah. Yang tersisa kembali hanya berdua saja. Bertahun lamanya berjuang berdua, bukan hanya jalan yang lurus, tapi berkelok dan terjal. Bukan hanya menghadapi bab perut tapi seluruh bab kehidupan harus dihadapi bahkan dari hal yang hadir dari diri sendiri yaitu amarah, prinsip dan perbedaan-perbedaan lain.
Sungguh indahnya hubungan cinta yang demikian, meski sekarang tidak mudah mempertahankannya. Karena alasan ego, ekonomi dan lain-lain. Maka ketika Tuhan menciptakan jodoh yang menemani sepanjang hari, bertahun-tahun dan tak terpisah dengan ‘ketokan palu hakim’. Didalam diri mereka ada cinta yang kuat, rasa sayang yang hebat, yang mampu mengalahkan semua hal yang terus mencoba merusak kisah mereka.
Seperti secangkir kopi hitam, kau tetap merasakan pahitnya meskipun didalamnya sudah mengandung gula. Lalu apakah jika gulanya lebih banyak daripada kopinya, itu membuatmu merasa lebih nikmat untuk meminumnya? Tidak, justru kau akan membuangnya. Seperti itu pula kisah kehidupan, kau hanya perlu sedikit rasa manis untuk membuatnya seimbang.
Perjalan cinta yang tak terpisah oleh sebuah ego, adalah cerita manis yang patut dicontoh. Tidak ada perahu yang berlayar tanpa angin, tidak ada perahu yang sampai tujuan di laut sebrang tanpa melewati badai yang menerpanya. Maka, merekalah pasangan yang terkuat, dan terus bersama, sampai Tuhan berkata “pulanglah”. Selama apa kau bersamanya, setua apa usiamu sekarang, kehilangan belahan jiwa bukanlah perkara perut kosong atau mata yang mengantuk, karena keduanya hanyalah perkara mudah. Kehilangan menjadi sesuatu yang tiba-tiba saja menjadi ‘penyakit’ mematikan. Kebiasaan-kebiasaan yang setiap hari dilakukan bersama harus disudahi. Teman tertawa, teman bercerita bahkan teman bertengkar. Teman bermanja, teman tidur bahkan teman menuju kehidupan yang kekal (surga dan neraka). Maka dari itu kehilangan menjadi awal terserangnya penaykit kesepian.
Rasa kehilangan itu tidak akan bisa ditukar dengan apapun, meskipun ada anak-anak, ada uang dan ada kesempatan ‘mencari yang baru’. Bagi perahu yang bertahun lamanya berlayar, menemukan awak kapal atau nahkoda baru bukanlah hal yang mudah. Mereka harus kembali berlayar di titik awal lagi. Kesepian demikian bukanlah perkara kehilangan classmate saja, tapi ia mengalami kehilangan soulmate nya. Separuh dari dirinya, separuh kehidupannya, dan separuh hatinya.
Jika kita adalah orang lain, bukan tokoh yang mengalaminya, kita bisa apa? Mencoba untuk menyemangatinya? Tetap hidup dengannya? Mencarikan soulmate baru baginya? Atau apa? Rasanya hanya sia-sia, jika saja dia tidak ingin membunuh kesepiannya dengan hal yang sedikit saja membuatnya tersenyum. Bagi seorang yang mengalaminya, dia bisa saja merasa hanya menunggu waktu untuk menyusul “pulang” dengan harap akan ada kesempatan baginya bersama kembali di Surga. Sebagian besar dari pasien penyakit kesepian yang dialami di usia tua selalu berfikiran demikian. Jika saja ada yang bisa dilakukan orang lain untuk menyembuhkannya, penyakit itu hanya akan hilang sesaat saja. Kecuali, bagi mereka yang mau untuk mencari soulmate baru yang mungkin saja bisa menyembuhkannya.
Tapi, dia adalah tokoh yang hebat, perannya sungguh luar biasa. Dalam kisahnya dia memulai sejak akad diucap hingga raga terkubur. Cerita itu sudah berakhir meski kenangannya akan tetap hidup. Yang tersisa hanya kesepian dan harapan baru bagi yang mau.
Pada intinya, jika anda mengalahi kehilangan (karena kematian) bangkitlah, hiburlah diri sendiri, dekatkan dirimu pada Tuhan. Jika kau benar-benar mencintainya kau akan tetap menemaninya melalui doa-doa mu. Itu sudah cukup, sisanya pikirkan hari esok mu. Hari yang seharusnya lebih baik bagimu, kehidupanmu, orang-orang disekitarmu dan orang-orang yang selalu menyayangimu.

-Vannbie-