Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Senin, 13 Desember 2010

Kebetulan yang tak wajar



Cinta masa SMA adalah cinta monyet. Masa indah untuk sebuah cinta, adalah saat dibangku SMA. Begitu kata orang-orang. Aku pun cukup setuju tentang pernyataan tersebut. Memang dalam realitasnya tak sedikit yang berbeda dari pernyataan tersebut.
        Tahun 2008, adalah satu langkah baru dalam hidupku. Aku sudah SMA. Disinilah awal mula aku mencintai Tian. Tian memang bukan cinta pertama ku. Aku satu kelas dengan Tian. Tian adalah laki-laki yang pemalas, suka ribut, suka bolos, suka tidur dikelas, tak heran jika dia tidak naik kelas.
        Jika aku ditanya apa sebab aku cinta Tian, Aku sendiri bingung menjawabnya. Aku tak mengerti mengapa aku mencintai lelaki desa yang tinggal dikota seorang diri. Dia pemalas, tidak pintar, dan tidak tampan. Lalu apa yang aku suka dari dia. Aku pun tak tau, dimataku dia indah, aku sayang dia. Waktu yang terus bergulir membuahkan sebuah kenyataan pahit. Dia mengetahui tentang perasaanku ini. Semua terasa berubah, aku sedikit dijauhi olehnya, yang akhirnya aku tahu, tiada cinta dihatinya untukku. Dia mencintai seorang wanita lain, teman sekelasku. Kabarnya cinta Tian ditolak. Aku tak lagi banyak berharap, pertemuan kita berakhir diakhir semester 1. Diakhir tahun ini. Selamat tinggal Tian, aku tahu kau merasa tak nyaman denganku. Aku tahu, aku bukan wanita idaman mu. Maafkan aku yang telah mengusikmu. Aku berharap, 3 Tahun lagi, kita berjumpa dalam suasana yang lebih baik, seperti yang ada dalam khayalku.
        ..-..-2010
        Awal aku masuk kuliah. Awal aku memulai hidup baru. Lelah aku dihantui bayang Tian dari Tahun ke Tahun yang tak pernah pudar. Dimasa ini aku ingin memulai langkah penuh asa, menggapai cita-cita ku tanpa cinta sementara.
        Aku terkejut, saat aku melihat bayangan Tian dikeramaian. Berkali-kali aku melihat itu dikampus ini. Aku selalu mengira bila ini hanya khayalku semata. Suatu hari, ternyata mata ku tak salah memandang. Lelaki yang mirip sekali dengan Tian ternyata memang benar dia adalah Tian. Sesekali kami berjumpa hanya saling pandang dalam detik yang singkat. Sekejap fikiranku kacau, otakku memutar kenangan lama saat aku merasakan cinta.
        Tian ternyata kuliah di kampus yang sama denganku, kami satu fakultas namun berbeda jurusan. Tuhan, mengapa aku harus bertemu dengan Tian saat aku mampu menghapus luka itu?
        Aku teringat pada harapanku 3tahun silam. Tuhan mengabulkannya. Namun sayang, hampir 1 semester aku kuliah, tak sepatah kata pun bisa ku persembahkan untuk dia, padahal kita sering berjumpa.
        Teman-teman SMA ku terkejut mendengar kabar ini, seorang Tian melanjutkan kuliah di kampus islami adalah hal yang aneh bagi mereka. Mereka mengatakan mungkin ini cinta sejati, 3 Tahun berpisah tanpa kabar, namun berjumpa kembali. Bagi ku ini hanya sebuah kebetulan. Kebetulan yang memang tidak biasa.
        Bibirku benar-benar kaku. 4bulan aku harus berpura-pura tidak mengenal Tian saat aku berjumpa dengannya. Selama 4 bulan pula, aku hanya bisa memberikan sesudut senyum untuknya.
        Tuhan, ini menyakitkan. Ketenanganku terusik olehnya. Dia terlihat begitu tampan. Tuhan , mengapa aku tak mampu menahan rasa untuk kembali menginginkannya, padahal hingga kini aku tak bisa memulai pembicaraan dengan dia. Tuhan, mengapa Engkau tak sempurnakan harapanku, 3 Tahun silam itu? Jika aku bukan untuknya, kumohon, hilangkan semua rasa cinta, sayang, hingga kebencian ku padanya. Biarkan kisah ini berakhir di akhir tahun ini.