Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Rabu, 30 Januari 2013

REVIEW , Film MIKA ^^mencintai adalah menerima kekurangan^^




·      
www.gudangfilm.borneo-boy.com
Pemain : Vino G Bastian, Velove Vexia, Dona Harun, Iszur Muchtar, Dallas Pratama, Framly, Andri Mashadi, Hans Hilman, George Timothy, Henny Zulyani, Sheila Mahdaly, Westny Dwijayanti dll.
·        Sutradara : Lasja F. Susatyo
·        Produser : Adiyanto S
·        Genre : Drama
·        Rilis : 17 Januari 2013

MIKA merupakan film yang diadaptasi dari novel berjudul ‘Waktu Aku bersama Mika’ karya Indi. Film ini dirilis pada 1Januari lalu. Dan dimainkan dengan baik oleh Vino G Bastian sebagai Mika dan Velove Vexia sebagai Indy.
          Awal kisah saat Indi telah divonis mengidap penyakit scoliosis dan harus selalu menggunakan brace atau besi penyangga tubuh. Indi merasa dirinya cacat dan aneh, maka Indi menjadi gadis pendiam dan takut bergaul. Sebelum masuk SMA, Indi berlibur di Jakarta kerumah neneknya. Pada saat berlibur inilah awal mula Indi bertemu dengan Mika, pria supel, cuek, santai dan unik. Sejak perkenalan itu Indi merasa sudah begitu akrab dengan Mika, Indi merasa Mika orang baik meski penampilannya begajulan dan bertato. Indi merasa Mika tidak memandang aneh dirinya dan tidak jijik memegang brace bahkan menolong Indi saat kesulitan berdiri. Perkenalan antara ‘Sugar’ dan ‘peterpan’ tersebut benar benar digambarkan dengan sderhana dan singkat. Sugar adalah panggilan dari Mika untuk Indi dan Peterpan adalah panggilan dari Indi untuk Mika. Dalam perjalanan pulang kerumah nenek, Mika mengatakan bahwa dirinya positif HIV AIDS. Namun Indi tidak ketakutan bertemanan dengan Mika.
          Saat jam olahraga disekolahan, Indi tak dapat mengikuti pelajaran tersebut dikarenakan larangan dokter atas penyakit yang dideritanya. Disekolahan Indi dipandang aneh oleh teman temannya tetapi dia memiliki teman sebangku yang cukup baik. Kejutan pertama dari Mika meluncur. Satpam memberi buku titipan dari mika, buku tersebut menggiring Indi kesuatu tempat dimana Mika berada. Dibelakang sekolah adalah markas The Lost Boys, Mika adalah alumni SMA tersebut.  Dari sinilah kejutan kejutan kecil dari Mika selalu ada untuk Indi, Mika melakukan banyak hal yang selalu membuat Indi tersenyum. Sampai pada akhirnya mereka berpacaran. Hubungan tersebut Indi sembunyikan dari Ibunya. Bagi Indi, Mika adalah malaikat yang Tuhan kirimkan begitu sempurna.
          Sampai pada saat kondisi Mika yang memburuk dan Penyakit Mika diketahui oleh orang tua Indi dan teman teman lainnya. Indi benar benar dipaksa meninggalkan Mika, namun pada akhirnya Mika yang meminta Indi pergi karena ia sadar hidupnya takkan lama lagi dan ia tak ingin Indi semakin sedih. Indipun pergi tanpa mengerti mengapa Mika tak lagi menginginkannya. Sepanjang hari Indi mengirimkan surat kepada Mika. Dari ribuan kenangan bersama Mika, Indi menjadi bangkit dari keterpurukan hidup akibat penyakitnya. Sampai saat Indi sudah kuliah, Indi dihubungi oleh Ibunya Mika agar Indi datang. Dan saat inilah, akhir yang mengharukan tersebut digambarkan.
          ***
Well, tadi itu cerita yang cukup jelas yaaa.. tapi tetep seru nonton langsung filmnya. Kisahnya sederhana, menyentuh, dan endingnyaaa,, bener benerrr deh gak nguatin... Adegan lain yang menarik waktu Mika enggan mencium Indi karena khawatir akan resiko penularan virus itu. Terus waktu Mika menyelipkan kata ‘aku udah nerima’ saat berdebat dengan Indi gara gara dokter gigi yang enggan menangani Mika. Disitu kelihatan banget bagaimana Mika yang sudah siap dengan berbagai kenyataan pahit bahkan kematian, Mika yang udah bener bener berhenti nge Drugs dan berfikir positif disisa hidupnya.
          Hmmm,, memang akting Vino itu kereeeen banget yahh :D *Lebay dikit
Okee...  see you next review movie ^^




 

Sabtu, 05 Januari 2013

REVIEW , Film Habibie dan Ainun ^^ cinta sejati adalah mendampingi dalam segala kondisi ^^


Pemain                 : Reza Rahardian, Bunga Citra Lestari, Tio Pakuso Dewo, Mike Luckok, Esa Sigit, Marsha Natika, dll
Sutradara     : Faozan Rizal
Produser     : Dhamo Punjabi, Manooj Punjabi
Rilis             : 20 Desember 2012
         
        Film yang diadaptasi dari judul buku yang sama ditulis oleh mantan presiden RI, BJ Habibie merupakan wujud dari rasa kehilangan beliau atas meninggalnya Ainun, istri tercintanya yang selalu setia mendampingi hingga akhir hayat. Kisah percintaan tahun 60’an yang dikemas begitu menarik dan mengharukan.
          Baharudin Jusuf Habibie yang biasa dipanggil Rudy adalah seorang yang jenius dan memiliki mimpi yang besar yaitu berbakti kepada bangsa Indonesia. Rudy menyelesaikan kuliahnya di Jerman ternyata terkena penyakit TBC kering dan akhirnya memutuskan pulang ke Indonesia. Saat kepulangannya inilah ia berjumpa dengan si ‘gula jawa’ yang telah menjadi ‘gula pasir’. Pertemuan pertama antara Rudy dan kawan Semasa sekolahnya bernama Hasri Ainun sudah menggetarkan rasa ketertarikan antara keduanya. Ainun adalah seorang dokter yang hobi menjahit, sifatnya yang anggun dan lemah lembut membuat banyak pria menyukainya. Tak lama dari situ, dengan rasa percaya dirinya inilah, Rudy menyatakan pada Ainun tentang perasaan cintanya dan keinginannya meminang Ainun. Rudy berjanji akan menjadi suami yang terbaik bagi Ainun, dengan lembutnya Ainunpun menyatakan siap mendampingi Rudy dalam keadaan apapun.
          Usai menggelar pernikahan adat jawa, Rudy membawa Ainun ke Jerman. Disana hidup mereka tidak mewah, bahkan Ainun sempat putus asa dan ingin pulang. Namun Rudy kembali mampu meyakinkannya bahwa akan membawa Ainun keluar dari ‘lorong gelap’ yang tengah dilalui oleh keluarga sederhana itu. Di Jerman Rudy lebih akrab dengan panggilan Habibie.
          Setelah lulus S3 Habibie mengirim surat ke pemerintahan Indonesia untuk mengabdikan dirinya membuat pesawat terbang untuk bangsa Indonesia, namun sayangnya selalu ditolak. Akhirnya Habibie memutuskan untuk bekerja di sebuah industri di Jerman. Dan akhirnya Ainun bekerja sebagai dokter anak setelah kedua anaknya cukup umur untuk ditinggal bekerja. Kehidupan mereka terus membaik dan semakin membahagiakan.
          Suatu hari Habibie mendapatkan panggilan dari Indonesia, bahwa dibawah kepemimpinan presiden Soeharto Indonesia sedang giatnya membangun dan Indonesia akan mendukung Habibie untuk membuat pesawat terbang. Maka terbanglah Habibie ke Indonesia tanpa Ainun, namun akhirnya Ainun dan anak anak diajaknya kembali ke Indonesia. Ketika sedang menyelesaikan proyeknya, Habibie disuap namun ia tidak mau. Sampai pada akhirnya Habibie berhasil menyelesaikan pesawat terbangnya.
          Setelah Indonesia dalam keadaan darurat presiden Soeharto mengundurkan diri, dan Habibie diangkat menjadi presiden RI yang ke 3. Dalam pekerjaannya Habibie teramat fokus sampai mengabaikan kesehatannya hingga Ainun memarahinya. Dalam masa jabatannya Habibie difitnah pernah korupsi saat menjadi menteri. Dan sampai pada akhirnya Habibie mengundurkan diri.
          Usai riuhnya persoalan politik tersebut, Habibi dan Ainun berlibur kembali ke Jerman. Usai dari Jerman, Ainun sakit dan divonis kanker ovarium stadium 3. Habibie terkejut, setaunya Ainun pernah operasi dan tidak lagi mengeluhkan sakit. Ternyata memang selama ini Ainun menutupinya, ia enggan menambah beban Habibie terlebih saat kondisi pemerintahan sedang genting. Ainun dirawat di Jerman dengan dokter dan perawatan terbaiknya. Hingga pada titik yang begitu berat bagi habibie, yaitu kepergian Ainun.
          ***
          Hikkkzzz... ending ceritanya sungguh mengahrukan!! Langsung satu bioskop menangis tersedu sedu... Nonton gih yang belom pernah nonton. Film ini lepas dari cerita perpolitikan lohhh... Latar filmnya bisa kayak jaman dulu gitu, bener bener bagus deehh. Yang unik lagi adalah adanya sponsor Gerry chocolatos, wardah, sirup apaaa gitu tuhh, emang ada yaaa taun segitu ? hmm, lalu ada saat adegan orang orang yang meremehkan Indonesia bahkan orang Indonesia itu snediri!! Luar biasa sindirannya tuhh...
          Akting Reza Rahardian lucu, mirip seperti pak Habibie! Itulah totalitas Reza sampai bisa jadi habibie muda hingga tua.. hehehee,, Akting bunga citra lestari sih gak bisa menilai, karena memang tidak mengenal ibu Ainun seperti apa, tapi bisa tergambarkan kelembutan, kesetiaan dan kesabarannya. Rommanntiss abiiesss....
          Over All, ini film bagus banget, kalo dibandingin sama bukunya, aku gak tau sih,, gak pernah baca hahahahaaa... belum sempet , lain waktu dicoba deh, pasti lebihh WOW...
          Yeaahhh... thank’s yaa udah mampirr... maaf kalo review nya jeleeekk.. see you..