Cinta masa SMA adalah
cinta monyet. Masa indah untuk sebuah cinta, adalah saat dibangku SMA. Begitu
kata orang-orang. Aku pun cukup setuju tentang pernyataan tersebut. Memang
dalam realitasnya tak sedikit yang berbeda dari pernyataan tersebut.

Jika
aku ditanya apa sebab aku cinta Tian, Aku sendiri bingung menjawabnya. Aku tak
mengerti mengapa aku mencintai lelaki desa yang tinggal dikota seorang diri.
Dia pemalas, tidak pintar, dan tidak tampan. Lalu apa yang aku suka dari dia.
Aku pun tak tau, dimataku dia indah, aku sayang dia. Waktu yang terus bergulir
membuahkan sebuah kenyataan pahit. Dia mengetahui tentang perasaanku ini. Semua
terasa berubah, aku sedikit dijauhi olehnya, yang akhirnya aku tahu, tiada
cinta dihatinya untukku. Dia mencintai seorang wanita lain, teman sekelasku.
Kabarnya cinta Tian ditolak. Aku tak lagi banyak berharap, pertemuan kita
berakhir diakhir semester 1. Diakhir tahun ini. Selamat tinggal Tian, aku tahu
kau merasa tak nyaman denganku. Aku tahu, aku bukan wanita idaman mu. Maafkan
aku yang telah mengusikmu. Aku berharap, 3 Tahun lagi, kita berjumpa dalam
suasana yang lebih baik, seperti yang ada dalam khayalku.
..-..-2010
Awal
aku masuk kuliah. Awal aku memulai hidup baru. Lelah aku dihantui bayang Tian
dari Tahun ke Tahun yang tak pernah pudar. Dimasa ini aku ingin memulai langkah
penuh asa, menggapai cita-cita ku tanpa cinta sementara.
Aku
terkejut, saat aku melihat bayangan Tian dikeramaian. Berkali-kali aku melihat
itu dikampus ini. Aku selalu mengira bila ini hanya khayalku semata. Suatu
hari, ternyata mata ku tak salah memandang. Lelaki yang mirip sekali dengan
Tian ternyata memang benar dia adalah Tian. Sesekali kami berjumpa hanya saling
pandang dalam detik yang singkat. Sekejap fikiranku kacau, otakku memutar
kenangan lama saat aku merasakan cinta.
Tian
ternyata kuliah di kampus yang sama denganku, kami satu fakultas namun berbeda
jurusan. Tuhan, mengapa aku harus bertemu dengan Tian saat aku mampu menghapus
luka itu?
Aku
teringat pada harapanku 3tahun silam. Tuhan mengabulkannya. Namun sayang,
hampir 1 semester aku kuliah, tak sepatah kata pun bisa ku persembahkan untuk
dia, padahal kita sering berjumpa.
Teman-teman
SMA ku terkejut mendengar kabar ini, seorang Tian melanjutkan kuliah di kampus
islami adalah hal yang aneh bagi mereka. Mereka mengatakan mungkin ini cinta
sejati, 3 Tahun berpisah tanpa kabar, namun berjumpa kembali. Bagi ku ini hanya
sebuah kebetulan. Kebetulan yang memang tidak biasa.
Bibirku
benar-benar kaku. 4bulan aku harus berpura-pura tidak mengenal Tian saat aku
berjumpa dengannya. Selama 4 bulan pula, aku hanya bisa memberikan sesudut
senyum untuknya.
Tuhan,
ini menyakitkan. Ketenanganku terusik olehnya. Dia terlihat begitu tampan.
Tuhan , mengapa aku tak mampu menahan rasa untuk kembali menginginkannya, padahal
hingga kini aku tak bisa memulai pembicaraan dengan dia. Tuhan, mengapa Engkau
tak sempurnakan harapanku, 3 Tahun silam itu? Jika aku bukan untuknya, kumohon,
hilangkan semua rasa cinta, sayang, hingga kebencian ku padanya. Biarkan kisah
ini berakhir di akhir tahun ini.